Label:


Saya pernah menanyakan kepada diri sendiri mengenai keberadaan kesabaran. Kesabaran yang ada dalam diri manusia. Orang bilang “Sabar itu tidak ada batasnya”. Benarkah hal itu adanya.

Sekarang mari kita lihat sisi lain dari manusia. Bagi saya manusia adalah makhluk Tuhan paling unik karena manusia memiliki hal-hal yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lain. Rasa cinta, benci, nafsu, semangat, dan kesabaran. Semuanya milik manusia. Semuanya ada dalam diri manusia. Setan, iblis, atau bahkan malaikatpun tidak memiliki semua sifat itu dalam satu raga. Tapi dari semua itu ada satu hal yang membuat manusai juga unik. Manusia memiliki batas. Sebuah jarak yang tidak bisa ditembus bahakan oleh makhluk yang menjadi pemimpin di bumi. Manusia memiliki batas untuk berfikir tentang sejauh mana keberadaan akhirat. Manusia memiliki batas untuk memiliki sebuah material. Manusia memiliki batas untuk melakukan hal. Karena jika manusia tidak memiliki batas, apa bedanya manusia dengan Tuhan. Zat terkuasa di jagat raya yang tidak memiliki batas untuk melakukan segala kehendakNya.

Permasalahannya adalah: Apakah batas yang dimiliki oleh manusia juga berhubungan dengan kesabaran?

Manusia memiliki batas dalam mencintai karena mereka juga punya rasa benci.
Manusia memiliki batas dalam berusaha karena mereka juga punya rasa malas.
Manusia memiliki batas dalam kekuatan fisik karena mereka bukan mesin (toh mesin juga memiliki batas kekuatan).

Semuanya karena batas. Lalu saat orang bilang “Sabar itu tidak ada batasnya”. Apa artinya?
Apakah manusia hampir sederajat dengan malaikat yang mau melakukan apapun dan tetap bersabar menjalaninya.
Tapi kita bukan malaikat. Kita adalah manusai. Dengan segala pernak-pernik yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya. Kita berbeda.

Jadi wajarkah jika seseorang memiliki batas dalam kesabaran? Karena pada kenyataannya seseorang itu adalah manusia.

Jawabannya ada dalam diri kita untuk sejauh mana bisa menahan kesabaran kita.

Label:


Here we are!

Finally I write my blog after such a loooooong time I hadn’t written.
I miss writing actually and this is the thing that becomes my runaway. After finishing my thesis about Class Struggle I feel that my time is getting ineffective so I gotta find something to do and writing could be the one. Writing my thesis is not as easy as I though. I was thinking that it was going to be me and my writing but I was totally wrong. In fact there were a lot of things related to this final project. Yes, it is about my other activities, my family, and also my thesis advisor. The last one should got a spot light (underlined, italic, and bold written). I won’t blame that my thesis advisor is the reason why my thesis took such a long time to finish but there is something beyond that. I learned something! I learned that life is not like a straight line made by elementary students with their ruler. I was such a stubborn that think time is the barometer of success. People especially my friends who could graduate in October always pursued time graduation while I didn’t. The reason was quite simple. It was because I thought that it is not worth that I could graduate as soon as possible while my thesis became like an uncooked scrambled egg. Thus I knew the fact that it would be impossible for me to graduate along with those people. However I have to emphasize something else that I have mentioned before that I learned something. It is not only about the understanding of my thesis but also patience. In Javanese people say “Sopo sing sabar bakal subur.” I think it is suitable for me. I learned how to be patient, patient when facing my thesis advisor or even myself. Maybe I won’t get this learning elsewhere.

Patient. That’s it!!!