Hari itu, Kamis tanggal 12 Agustus 2010 merupakan hari yang sangat melelahkan serta panas. Yah, mungkin ini bisa saja hanya mendapat predikat hari panas tetapi bukan melelahkan jika tidak karena puasa dan sibuk mondar-mandir mencari informasi tentang salah satu tempat magang yang akan menjadi tujuan saya dan teman-teman saya kelak. Saya, Widyawati, dan Soraya Hetami adalah sekelompok mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro yang sedang mencari informasi mengenai sistem magang kerja di TIC (Tourism Information Center) yang bertempat di Jalan Pemuda (nomernya saya lupa, maaf. Pokoknya samping SMA 3 persis lah). Alasan mengapa saya dan teman-teman saya ingin mencoba di tempat tersebut adalah mungkin kita bisa mengembangkan ilmu bahasa Inggris kita yang standar-standar saja serta mungkin bisa jadi musketeers untuk generasi berikutnya yang ingin magang disana.
Begitu saya sampai disana, saya sempat berbincang-bincang dengan salah satu wanita yang juga magang disana. Bukan sebuah pembicaraan yang signifikan sebenarnya, hanya sebatas basa-basi untuk menyegarkan badan di bulan puasa ini. Sampai akhirnya kita bertemu dengan seseorang dari TIC dan berbincang-bincang dengan beliau. Beliau menyarankan kepada kami untuk pergi ke Dinas Pariwisata Tingkat Propinsi jikalau kita ingin mendaftarkan diri sebagai pemagang kerja dan bertemu dengan seseorang di Bagian Umum. Hal ini disebabkan karena dari TIC sendiri hanya bisa merekrut orang melalui Dinas Pariwisata. Ok I C!!!
Tibalah kita di Dinas Pariwisata Propinsi yang berjarak tidak lebih dari 300 meter dari TIC. Disana kita bertemu dengan seseorang pria yang memberikan pengarahan lebih lanjut untuk magang disana. Alangkah kaget dan shocked serta bingung, dicampur jadi satu dengan kebodohan kami bertiga saat mendengar pertanyaan dari orang tersebut, ”Judul laporannya apa dik?” Sontak kami diam sesaat. Widya yang biasanya paling banyak cakap diantara kita juga diam. Saya mencoba menjadi sosok Leonardo DeCaprio dalam film Inception yang calm dan mencoba bertanya mengenai pertanyaan bapak tersebut. Dan ternyata setelah penjelasan yang cukup jelas dapi orang tersebut, kita mengetahui bahwa jika ingin magang di tempat tersebut kita harus memiliki judul laporang kita. Paling tidak JUDUL.
Setelah mendapat penyegaran visi ke depan dari orang tersebut, kami menginggalkan nama serta nomer hp yang bisa dihubungi. Alangkah kagetnya kami saat mengetahui dalam daftar buku yang akan kami isi dengan nama kami terdapat pula nama Wilda Nurul Umami dan Vita Rosalia. Keduanya adalah teman sekelas kami. Bincang punya bincang, akhirnya kami selesai mengobrol dengan orang dari dinas tersebut dan kami diperbolehkan meninggalkan ruangan dengan satu catatan, jika kita ingin magan disana kami harus kembali lagi dan menyerahkan JUDUL yang akan jadi laporan magang kami.
Keluar dari ruangan Widya benar-benar panik. Omongannya ngalor-ngidul ngetan-ngulon. Saya mengajak mereka duduk untuk sekedar mengobrolkan masalah ini. Sampai disini, kami mecoba menelaah mengenai masalah JUDUL tersebut.
JUDUL
Tidak pernah terbesit dalam pikiran salah satu dari kita bertiga untuk sekedar mendapat ilham mengenai JUDUL tersebut.
Ya, semua itu memang harus ada judul, kalau tidak ada, ya nanti dikira film bokep deh. :p
However, that’s nit the point that I want to spot. Permasalahannya adalah bahwa kita harus memahami apa yang kita lakukan dari awal. Pemberian judul bukan hanya sesuatu yang formal adanya. Hal itu merupakan semacam vision kita ke depan. Pemberian judul sejatinya bukan hanya untuk essai atau laporan pekerjaan tetapi juga saat kita mau memasuki sebuah institusi atau bekerja. Terlebih, judul merupakan acuan kita untuk melangkah ke depan. Bukan hanya dalam sebuah tugas, tetapi lebih general lagi juga menyangkut hidup.
Judul memberikan kita visi.
Judul memberikan kita tujuan
Judul menahan kita pada batas-batas tertentu agar tidak pergi tidak jelas entah kemana.

So, have u decided about your title in your Life?

Comments (0)

Posting Komentar